Minggu, 27 Desember 2009

ENZIM

http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/peran-enzim-dalam-metabolisme-dan-pemanfaatannya-di-bidang-diagnosis-dan-pengobatan/
Peran enzim dalam metabolisme dan pemanfaatannya di bidang diagnosis dan pengobatan
Enzim merupakan biomolekul yang mengkatalis reaksi kimia, di mana hampir semua enzim adalah protein. Pada reaksi-reaksi enzimatik, molekul yang mengawali reaksi disebut substrat, sedangkan hasilnya disebut produk.[1] Cara kerja enzim dalam mengkatalisis reaksi kimia substansi lain tidak merubah atau merusak reaksi ini.[2]
Peran enzim dalam metabolisme
Metabolisme merupakan sekumpulan reaksi kimia yang terjadi pada makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup.[3] Reaksi-reaksi ini meliputi sintesis molekul besar menjadi molekul yang lebih kecil (anabolisme) dan penyusunan molekul besar dari molekul yang lebih kecil (katabolisme). Beberapa reaksi kimia tersebut antara lain respirasi, glikolisis, fotosintesis pada tumbuhan, dan protein sintesis. Dengan mengikuti ketentuan bahwa suatu reaksi kimia akan berjalan lebih cepat dengan adanya asupan energi dari luar (umumnya pemanasan), maka seyogyanya reaksi kimia yang terjadi pada di dalam tubuh manusia harus diikuti dengan pemberian panas dari luar. Sebagai contoh adalah pembentukan urea yang semestinya membutuhkan suhu ratusan derajat Celcius dengan katalisator logam, hal tersebut tidak mungkin terjadi di dalam suhu tubuh fisiologis manusia, sekitar 37° C. Adanya enzim yang merupakan katalisator biologis menyebabkan reaksi-reaksi tersebut berjalan dalam suhu fisiologis tubuh manusia, sebab enzim berperan dalam menurunkan energi aktivasi menjadi lebih rendah dari yang semestinya dicapai dengan pemberian panas dari luar. Kerja enzim dengan cara menurunkan energi aktivasi sama sekali tidak mengubah ΔG reaksi (selisih antara energi bebas produk dan reaktan), sehingga dengan demikian kerja enzim tidak berlawanan dengan Hukum Hess 1 mengenai kekekalan energi.[4] Selain itu, enzim menimbulkan pengaruh yang besar pada kecepatan reaksi kimia yang berlangsung dalam organisme. Reaksi-reaksi yang berlangsung selama beberapa minggu atau bulan di bawah kondisi laboratorium normal dapat terjadi hanya dalam beberapa detik di bawah pengaruh enzim di dalam tubuh.[5]
Pemanfaatan enzim sebagai alat diagnosis
Pemanfaatan enzim untuk alat diagnosis secara garis besar dibagi dalam tiga kelompok:
1. Enzim sebagai petanda (marker) dari kerusakan suatu jaringan atau organ akibat penyakit tertentu.
Penggunaan enzim sebagai petanda dari kerusakan suatu jaringan mengikuti prinsip bahwasanya secara teoritis enzim intrasel seharusnya tidak terlacak di cairan ekstrasel dalam jumlah yang signifikan. Pada kenyataannya selalu ada bagian kecil enzim yang berada di cairan ekstrasel. Keberadaan ini diakibatkan adanya sel yang mati dan pecah sehingga mengeluarkan isinya (enzim) ke lingkungan ekstrasel, namun jumlahnya sangat sedikir dan tetap. Apabila enzim intrasel terlacak di dalam cairan ekstrasel dalam jumlah lebih besar dari yang seharusnya, atau mengalami peningkatan yang bermakna/signifikan, maka dapat diperkirakan terjadi kematian (yang diikuti oleh kebocoran akibat pecahnya membran) sel secara besar-besaran. Kematian sel ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal, seperti keracunan bahan kimia (yang merusak tatanan lipid bilayer), kerusakan akibat senyawa radikal bebas, infeksi (virus), berkurangnya aliran darah sehingga lisosom mengalami lisis dan mengeluarkan enzim-enzimnya, atau terjadi perubahan komponen membrane sehingga sel imun tidak mampu lagi mengenali sel-sel tubuh dan sel-sel asing, dan akhirnya menyerang sel tubuh (penyakit autoimun) dan mengakibatkan kebocoran membrane.
Contoh penggunaan enzim sebagai petanda adanya suatu kerusakan jaringan adalah sebagai berikut:
• Peningkatan aktivitas enzim renin menunjukkan adanya gangguan perfusi darah ke glomerulus ginjal, sehingga renin akan menghasilkan angiotensin II dari suatu protein serum yang berfungsi untuk menaikkan tekanan darah
• Peningkatan jumlah Alanin aminotransferase (ALT serum) hingga mencapai seratus kali lipat (normal 1-23 sampai 55U/L) menunjukkan adanya infeksi virus hepatitis, peningkatan sampai dua puluh kali dapat terjadi pada penyakit mononucleosis infeksiosa, sedangkan peningkatan pada kadar yang lebih rendah terjadi pada keadaan alkoholisme.
• Peningkatan jumlah tripsinogen I (salah satu isozim dari tripsin) hingga empat ratus kali menunjukkan adanya pankreasitis akut, dan lain-lain.
2. Enzim sebagai suatu reagensia diagnosis.
Sebagai reagensia diagnosis, enzim dimanfaatkan menjadi bahan untuk mencari petanda (marker) suatu senyawa. Dengan memanfaatkan enzim, keberadaan suatu senyawa petanda yang dicari dapat diketahui dan diukur berapa jumlahnya. Kelebihan penggunaan enzim sebagai suatu reagensia adalah pengukuran yang dihasilkan sangat khas dan lebih spesifik dibandingkan dengan pengukuran secara kimia, mampu digunakan untuk mengukur kadar senyawa yang jumlahnya sangat sedikit, serta praktis karena kemudahan dan ketepatannya dalam mengukur. Contoh penggunaan enzim sebagai reagen adalah sebagai berikut:
• Uricase yang berasal dari jamur Candida utilis dan bakteri Arthobacter globiformis dapat digunakan untuk mengukur asam urat.
• Pengukuran kolesterol dapat dilakukan dengan bantuan enzim kolesterol-oksidase yang dihasilkan bakteri Pseudomonas fluorescens.
• Pengukuran alcohol, terutama etanol pada penderita alkoholisme dan keracunan alcohol dapat dilakukan dengan menggunakan enzim alcohol dehidrogenase yang dihasilkan oleh Saccharomyces cerevisciae, dan lain-lain.
3. Enzim sebagai petanda pembantu dari reagensia.
Sebagai petanda pembantu dari reagensia, enzim bekerja dengan memperlihatkan reagensia lain dalam mengungkapkan senyawa yang dilacak. Senyawa yang dilacak dan diukur sama sekali bukan substrat yang khas bagi enzim yang digunakan. Selain itu, tidak semua senyawa memiliki enzimnya, terutama senyawa-senyawa sintetis. Oleh karena itu, pengenalan terhadap substrat dilakukan oleh antibodi. Adapun dalam hal ini enzim berfungsi dalam memperlihatkan keberadaan reaksi antara antibodi dan antigen. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:
• Pada teknik imunoenzimatik ELISA (Enzim Linked Immuno Sorbent Assay), antibodi mengikat senyawa yang akan diukur, lalu antibodi kedua yang sudah ditandai dengan enzim akan mengikat senyawa yang sama. Kompleks antibodi-senyawa-antibodi ini lalu direaksikan dengan substrat enzim, hasilnya adalah zat berwarna yang tidak dapat diperoleh dengan cara imunosupresi biasa. Zat berwarna ini dapat digunakan untuk menghitung jumlah senyawa yang direaksikan. Enzim yang lazim digunakan dalam teknik ini adalah peroksidase, fosfatase alkali, glukosa oksidase, amilase, galaktosidase, dan asetil kolin transferase.
• Pada teknik EMIT (Enzim Multiplied Immunochemistry Test), molekul kecil seperti obat atau hormon ditandai oleh enzim tepat di situs katalitiknya, menyebabkan antibodi tidak dapat berikatan dengan molekul (obat atau hormon) tersebut. Enzim yang lazim digunakan dalam teknik ini adalah lisozim, malat dehidrogenase, dan gluksa-6-fosfat dehidrogenase.
Pemanfaatan enzim di bidang pengobatan
Pemanfaatan enzim dalam pengobatan meliputi penggunaan enzim sebagai obat, pemberian senyawa kimia untuk memanipulasi kinerja suatu enzim dengan demikian suatu efek tertentu dapat dicapai (enzim sebagai sasaran pengobatan), serta manipulasi terhadap ikatan protein-ligan sebagai sasaran pengobatan.
1. Penggunaan enzim sebagai obat biasanya mengacu kepada pemberian enzim untuk mengatasi defisiensi enzim yang seyogyanya terdapat di dalam tubuh manusia untuk mengkatalis rekasi-reaksi tertentu. Berdasarkan lamanya pemberian enzim sebagai pengobatan, maka keadaan defisiensi enzim dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu keadaan defisiensi enzim yang bersifat sementara dan bersifat menetap. [6] Contoh keadaan defisiensi enzim yang bersifat sementara adalah defisiensi enzim-enzim pencernaan. Seperti yang diketahui, enzim-enzim pencernaan sangat beragam, beberapa di antaranya adalah protease dan peptidase yang mengubah protein menjadi asam amino, lipase yang mengubah lemak menjadi asam lemak, karbohidrase yang mengubah karbohidrat seperti amilum menjadi glukosa serta nuklease yang mengubah asam nukleat menjadi nukleotida.[7] Adapun defisiensi enzim yang bersifat menetap menyebabkan banyak kelainan, yang biasanya juga disebut sebagai kelainan genetic mengingat enzim merupakan protein yang ditentukan oleh gen. Contoh kelainan akibat defisiensi enzim antara lain adalah hemofilia. Hemofilia adalah suatu keadaan di mana penderita mengalami kesulitan penggumpalan darah (cenderung untuk pendarahan) akibat defisiensi enzim-enzim terkait penggumpalan darah. Saat ini telah diketahui ada tiga belas faktor, sebagian besar adalah protease dalam bentuk proenzim, yang diperlukan dalam proses penggumpalan darah. Pada penderita hemofilia, terdapat gangguan/defisiensi pada faktor VIII (Anti-Hemophilic Factor), faktor IX, dan faktor XI. Kelainan ini dapat diatasi dengan transfer gen yang mengkode faktor IX.[8] Diharapkan gen tersebut dapat mengkode enzim-enzim protease yang diperlukan dalam proses penggumpalan darah.
2. Enzim sebagai sasaran pengobatan merupakan terapi di mana senyawa tertentu digunakan untuk memodifikasi kerja enzim, sehingga dengan demikian efek yang merugikan dapat dihambat dan efek yang menguntungkan dapat dibuat. Berdasarkan sasaran pengobatan, dapat dibagi menjadi terapi di mana enzim sel individu menjadi sasaran dan terapi di mana enzim bakteri patogen yang menjadi sasaran.
a) Pada terapi di mana enzim sel individu sebagai sasaran kinerja terapi, digunakan senyawa-senyawa untuk mempengaruhi kerja suatu enzim sebagai penghambat bersaing. Contoh penyakit yang dapat diobati dengan terapi ini adalah:
• Diabetes Melitus. Pada penyakit Diabetes Melitus, senyawa yang diinduksikan adalah akarbosa (acarbose), di mana akarbosa akan bersaing dengan amilum makanan untuk mendapatkan situs katalitik enzim amilase (pankreatik α-amilase) yang seyogyanya akan mengubah amilum menjadi glukosa sederhana. Akibatnya reaksi tersebut akan terganggu, sehingga kenaikan gula darah setelah makan dapat dikendalikan.[9]
• Penumpukan cairan. Enzim anhidrase karbonat merupakan enzim yang mengatur pertukaran H dan Na di tubulus ginjal, di mana H akan terbuang keluar bersama urine, sedangkan Na akan diserap kembali ke dalam darah. Adalah senyawa turunan sulfonamida, yaitu azetolamida yang berfungsi menghambat kerja enzim tersebut secara kompetitif sehingga pertukaran kation di tubulus ginjal tidak akan terjadi. Ion Na akan dibuang keluar bersama dengan urine. Sifat ion Na yang higroskopis menyebabkan air akan ikut keluar bersamaan dengan ion Na; hal ini membawa keuntungan apabila terjadi penumpukan cairan bebas di ruang antar sel (udem). Dengan kata lain senyawa azetolamida turut berperan dalam menjaga kesetimbangan cairan tubuh.[10]
• Pengendalian tekanan darah diatur oleh enzim renin-EKA dan angiosintase. Enzim renin-EKA berperan dalam menaikkan tekanan darah dengan menghasilkan produk angiotensin II, sedangkan angiosintase bekerja terbalik dengan mengurangi aktivitas angiotensin II. Untuk menghambat kenaikan tekanan darah, maka manipulasi terhadap kerja enzim khususnya EKA dapat dilakukan dengan pemberian obat penghambat EKA (ACE Inhibitor).
• Mediator radang prostaglandin yang dibentuk dari asam arakidonat melibatkan dua enzim, yaitu siklooksigenase I dan II (cox 1 dan cox II). Ada obat atau senyawa tertentu yang mempengaruhi kinerja cox 1 dan cox II sehingga dapat digunakan untuk mengurangi peradangan dan rasa sakit.
• Dengan menggunakan prinsip pengaruh senyawa terhadap enzim, maka enzim yang berfungsi untuk memecah AMP siklik (cAMP) yaitu fosfodiesterase (PD) dapat dihambat oleh berbagai senyawa, antara lain kafein (trimetilxantin), teofilin, pentoksifilin, dan sildenafil. Teofilin digunakan untuk mengobati sesak nafas karena asma, pentoksifilin digunakan untuk menambah kelenturan membran sel darah merah sehingga dapat memasuki relung kapiler, sedangkan sildenafil menyebabkan relaksasi kapiler di daerah penis sehingga aliran darah yang masuk akan bertambah dan tertahan untuk beberapa saat.
• Penyakit kanker merupakan penyakit sel ganas yang harus dicegah penyebarannya. Salah satu cara untuk mencegah penyebarannya adalah dengan menghambat mitosis sel ganas. Seperti yang diketahui, proses mitosis memerlukan pembentukan DNA baru (purin dan pirimidin). Pada pembentukan basa purin, terdapat dua langkah reaksi yang melibatkan formilasi (penambahan gugus formil) dari asam folat yang telah direduksi. Reduksi asam folat ini dapat dihambat oleh senyawa ametopterin sehingga sintesis DNA menjadi tidak berlangsung. Selain itu penggunaan azaserin dapat menghambat biosintesis purin yang membutuhkan asam glutamate. 6-aminomerkaptopurin juga dapat menghambat adenilosuksinase sehingga menghambat pembentukan AMP (salah satu bahan DNA).
• Pada penderita penyakit kejiwaan, pemberian obat anti-depresi (senyawa) inhibitor monoamina oksidase (MAO inhibitor) dapat menghambat enzim monoamina oksidase yang mengkatalisis oksidasi senyawa amina primer yang berasal dari hasil dekarboksilasi asam amino. Enzim monoamina oksidase sendiri merupakan enzim yang mengalami peningkatan jumlah ada sel susunan saraf penderita penyakit kejiwaan.
b) Pada terapi di mana enzim mikroorganisme yang menjadi sasaran kerja, digunakan prinsip bahwa enzim yang dibidik tidak boleh mengkatalisis reaksi yang sama atau menjadi bagian dari proses yang sama dengan yang terdapat pada sel pejamu. Hal ini bertujuan untuk melindungi sel pejamu, sekaligus meningkatkan spesifitas terapi ini. Karena yang dibidik adalah enzim mikroorganisme, maka penyakit yang dihadapi kebanyakan adalah penyakit-penyakit infeksi. Contoh terapi dengan menjadikan enzim mikroorganisme sebagai sasaran kerja antara lain:
• Pada penyakit tumor, sel tumor dapat dikendalikan perkembangannya dengan menghambat mitosisnya. Mitosis sel tumor membutuhkan DNA baru (purin dan pirimidin baru). Proses ini membutuhkan asam folat sebagai donor metil yang dapat dibuat oleh mikroorganisme sendiri dengan memanfaatkan bahan baku asam p-aminobenzoat (PABA), pteridin, dan asam glutamat. Suatu analog dari PABA, yaitu sulfonamida dan turunannya dapat dimanfaatkan untuk menghambat pemakaian PABA untuk membentuk asam folat.
• Penggunaan antibiotika, yaitu senyawa yang dikeluarkan oleh suatu mikroorganisme di alam bebas dalam rangka mempertahankan substrat dari kolonisasi oleh mikroorganisme lain dalam memperebutkan sumber daya, juga berperan dalam terapi. Contohnya adalah penisilin, suatu antibiotik yang menghambat enzim transpeptidase yang mengkatalisis dipeptida D-alanil D-alanin sehingga peptidoglikan di dinding sel bakteri tidak terbentuk dengan sempurna. Bakteri akan rentan terhadap perbedaan tekanan osmotik sehingga gampang pecah.
• Perbedaan mekanisme sintesis protein antara mikroorganisme dan sel pejamu juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu prinsip terapi. Penggunaan antibiotika tertentu dapat menghambat sintesis protein pada mikroorganisme. Contohnya antara lain:
Ø Tetrasiklin yang menghambat pengikatan asam amino-tRNA pada situs inisiator subunit 30S dari ribosom sehingga asam amino tidak dibawa oleh tRNA.
Ø Streptomisin yang berikatan langsung dengan subunit 50S dari ribosom sehingga laju sintesis protein berkurang dan terbentuk protein yang tidak semestinya akibat kesalahan baca kodon mRNA.
Ø Kloramfenikol yang menyaingi mRNA untuk duduk di ribosom
Ø Neomisin B yang mengubah pengikatan asam amino-tRNA ke kompleks mRNA ribosom.
3. Interaksi protein-ligan sebagai sasaran pengobatan. Pengobatan dengan sasaran interaksi protein-ligan mengacu kepada prinsip interaksi sistem mediator-reseptor, di mana apabila mediator disaingi oleh molekul analognya sehingga tidak dapat berikatan dengan reseptor, sehingga efek dari mediator tersebut tidak terjadi. Contoh pengobatan dengan menjadikan interaksi protein-ligan sebagai sasarannya antara lain:
a) Pengendalian tekanan darah yang diatur oleh hormon adrenalin. Reseptor yang terdapat pada hormon adrenalin, yaitu α-reseptor dan β-reseptor dapat dihambat oleh senyawa-senyawa yang berbeda. Penghambatan pada β-reseptor dapat menimbulkan efek pelemasan otot polos dan penurunan detak jantung. Obat-obatan yang bekerja dengan cara tersebut dikenal sebagai β-blocker.
b) Penggunaan antihistamin untuk tujuan tertentu. Histamin merupakan turunan asam amino histidin yang berperan sangat luas, mulai dari neuromediator, mediator radang pada kapiler, meningkatkan pembentukan dan pengeluaran asam lambung HCl, kontraksi otot polos di bronkus, dan lain-lain. Tidak jarang ketika misalnya terjadi peradangan yang memicu pengeluaran histamin, terjadi efek-efek lain seperti sakit perut dan lain-lain. Untuk itu dikembangkan senyawa spesifik yang mampu bekerja sebagai pesaing histamin, yaitu antihistamin. Dengan adanya antihistamin ini, maka respon yang ditimbulkan akibat kerja histamin dapat ditekan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim
Enzim

Model komputer enzim purina nukleosida fosforilase (PNPase)
Enzim adalah biomolekul yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia.[1][2] Hampir semua enzim merupakan protein. Pada reaksi yang dikatalisasi oleh enzim, molekul awal reaksi disebut sebagai substrat, dan enzim mengubah molekul tersebut menjadi molekul-molekul yang berbeda, disebut produk. Hampir semua proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat.
Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim α-amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa.
Hal-ihwal yang berkaitan dengan enzim dipelajari dalam enzimologi. Dalam dunia pendidikan tinggi, enzimologi tidak dipelajari tersendiri sebagai satu jurusan tersendiri tetapi sejumlah program studi memberikan mata kuliah ini. Enzimologi terutama dipelajari dalam kedokteran, ilmu pangan, teknologi pengolahan pangan, dan cabang-cabang ilmu pertanian.
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yang meningkatkan aktivitas enzim. Banyak obat dan racun adalah inihibitor enzim.
Fungsi biologis
Enzim mempunyai berbagai fungsi bioligis dalam tubuh organisme hidup. Enzim berperan dalam transduksi signal dan regulasi sel, seringkali melalui enzim kinase dan fosfatase.[59] Enzim juga berperan dalam menghasilkan pergerakan tubuh, dengan miosin menghidrolisis ATP untuk menghasilkan kontraksi otot.[60] ATPase lainnya dalam membran sel umumnya adalah pompa ion yang terlibat dalam transpor aktif. Enzim juga terlibat dalam fungs-fungsi yang khas, seperti lusiferase yang menghasilkan cahaya pada kunang-kunang.[61] Virus juga mengandung enzim yang dapat menyerang sel, misalnya HIV integrase dan transkriptase balik.
Enzim lusiferase pada kunang-kunang memiliki kofaktor lusiferin (kuning-hijau) yang dapat memancarkan cahaya.
Salah satu fungsi penting enzim adalah pada sistem pencernaan hewan. Enzim seperti amilase dan protease memecah molekul yang besar (seperti pati dan protein) menjadi molekul yang kecil, sehingga dapat diserap oleh usus. Molekul pati, sebagai contohnya, terlalu besar untuk diserap oleh usus, namun enzim akan menghidrolisis rantai pati menjadi molekul kecil seperti maltosa, yang akan dihidrolisis lebih jauh menjadi glukosa, sehingga dapat diserap. Enzim-enzim yang berbeda, mencerna zat-zat makanan yang berbeda pula. Pada hewan pemamah biak, mikroorganisme dalam perut hewan tersebut menghasilkan enzim selulase yang dapat mengurai sel dinding selulosa tanaman.[62]
Beberapa enzim dapat bekerja bersama dalam urutan tertentu, dan menghasilan lintasan metabolisme. Dalam lintasan metabolisme, satu enzim akan membawa produk enzim lainnya sebagai substrat. Setelah reaksi katalitik terjadi, produk kemudian dihantarkan ke enzim lainnya. Kadang-kadang lebih dari satu enzim dapat mengatalisasi reaksi yang sama secara bersamaan.
Enzim menentukan langkah-langkah apa saja yang terjadi dalam lintasan metabolisme ini. Tanpa enzim, metabolisme tidak akan berjalan melalui langkah yang teratur ataupun tidak akan berjalan dengan cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan sel. Dan sebenarnya, lintasan metabolisme seperti glikolisis tidak akan dapat terjadi tanpa enzim. Glukosa, contohnya, dapat bereaksi secara langsung dengan ATP, dan menjadi terfosforliasi pada karbon-karbonnya secara acak. Tanpa keberadaan enzim, proses ini berjalan dengan sangat lambat. Namun, jika heksokinase ditambahkan, reaksi ini tetap berjalan, namun fosforilasi pada karbon 6 akan terjadi dengan sangat cepat, sedemikiannya produk glukosa-6-fosfat ditemukan sebagai produk utama. Oleh karena itu, jaringan lintasan metabolisme dalam tiap-tiap sel bergantung pada kumpulan enzim fungsional yang terdapat dalam sel tersebut.
Keterlibatan dalam penyakit
Fenilalanina hidroksilase. Sumber: PDB 1KW0. Oleh karena kontrol aktivitas enzim yang ketat diperlukan untuk menjaga homeostasis, malafungsi (mutasi, kelebihan produksi, kekurangan produksi ataupun delesi) enzim tunggal yang penting dapat menyebabkan penyakit genetik. Pentingnya enzim ditunjukkan oleh fakta bahwa penyakit-penyakit mematikan dapat disebabkan oleh hanya mala fungsi satu enzim dari ribuan enzim yang ada dalam tubuh kita.
Salah satu contohnya adalah fenilketonuria. Mutasi asam amino tunggal pada enzim fenilalania hidroksilase yang mengatalisis langkah pertama degradasi fenilalanina mengakibatkan penumpukkan fenilalanina dan senyawa terkait. Hal ini dapat menyebabkan keterbelakangan mental jika ia tidak diobati.[66]
Contoh lainnya adalah mutasi silsilah nutfah (germline mutation) pada gen yang mengkode enzim reparasi DNA. Ia dapat menyebakan sindrom penyakit kanker keturunan seperti xeroderma pigmentosum. Kerusakan ada enzim ini dapat menyebabkan kanker karena kemampuan tubuh memperbaiki mutasi pada genom menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan akumulasi mutasi dan mengakibatkan berkembangnya berbagai jenis kanker pada penderita.

Jumat, 04 Desember 2009

curhat

[curhat] “karena aku sangat sayang kamu”
“kenapa kamu selalu baik?. Kamu bahkan selalu merasa kawatir dan berusaha menjagaku semampumu. Kenapa kamu selalu berusaha sekuat tenaga, mengerahkan semua kemampuan yang kamu punya hanya untuk bisa menolongku? membuatku tertawa dan merasa tidak pernah sendirian? Aku bahkan takpernah mampu membalas semua itu. Apa kamu tidak lelah?“ Pertanyaan itu dibalas dengan sebuah jawaban sederhana namun penuh makna. “karena aku sangat sayang sama kamu. Itu semua aku lakukan dengan hati. Dan pekerjaan yang dilakukan dengan hati tidak akan pernah terasa lelah”. Jawaban itupun dibaca dengan sebuah tatapan kosong sambil tertegun. bahkan, saat aku tidak bisa membalas apapun dan memilih orang lain sebagai seseorang yang lebih baik, apakah kamu masih akan tetap menyayangiku?” kali ini pertanyaan itu dibalas dengan yakin “ iya. Sampai kamu menikah nantipun, Aku akan tetap menyayangimu, hanya saja kadar dan juga koridornya berbeda. Karna sekarangpun, saat kamu ada bersamanya, aku masih selalu ada untuk kamu. Dan aku yakin… kamu bisa merasakannya”. Jawaban itu kini dibalas dengan buliran buliran air mata. Haru.
beruntung karena menemukan seseorang yang menyayanginya seperti cerita diatas. Yap, setidaknya aku merasa demikian. Mencintai seseorang seperti itu pastilah tidak mudah, tidak bisa dilakukan oleh semua orang karena luka yang terasa pastinya sangat dalam. Butuh keberanian dan ketulusan untuk bisa seperti apa yang orang itu lakukan.
Apa kamu juga pernah menemukan seseorang yang menyayangi kamu seperti itu?. Seseorang yang bahkan selalu ada untuk kamu, meskipun kamu tidak pernah bisa membalas apa yang dia berikan. apa yang kamu rasakan? merasa beruntung karena dicintai setulus tadi?, atakukan merasakan sebuah kebingungan yang dalam karena ternyata semua cinta yang terlibat didalamnya hanya akan membuatmu terjebak dalam hal yang jauh dari keridaanNYA?. Ah.. sahabatku, maafkan Aku. Sungguh,kali ini aku benar benar merasa buntu untuk mengulas apa yang terjadi kepadamu. Bukan karena aku tidak mau, tapi pada akhirnya semua ada dalam hatimu sendiri. Yang jelas, aku bisa melihat ketulusan darinya yang diberikan kepadamu dengan tetap menghormatimu sebagai seorang akhwat. Semuanya kembali kepadamu. Dan mintalah Dia untuk bisa memilihkanmu yang terbaik karena pada akhirnya kamu harus tetap memilih.
sebuah doa: “ya raab.. jika memang dia adalah seseorang yang terbaik bagi hamba, menunjukan hamba ke jalanMU, membuat hamba makin mencintaiMU, maka tutupkanlah hati hamba bagi ikhwan yang lain dan tunjukanlah jalan dimana kami bisa tetap menjaga diri di jalanMU. Namun, jika dia bukanlah seseorang yang terbaik untuk hamba. Maka tutupkanlah pintu hati kami berdua dan berikanlah pengganti yang terbaik disisiMu”.Amin.-wallohualam ada buku yg inset di covernya tertulis begini” ..saatnya menyederhanakan cinta, yang dahsyatnya terkadang sering bikin gila.. ”
dan isinya tentang bgmn cara mengembalikan cinta itu kmbali kpd ‘Pemiliknya’

Polimer Hati Ya Raab…Jika Engkau mengizinkan taktisitas yang dimiliki hati bersifat isotaktik[1] Dengan ikatan crosslink dalam fasa kristalin[2] yang membuatnya kian kuat.
Maka biarlah ikhtiar, kesabaran, tawakal dan keikhlasan menjadi atom kiral[3] yang semua gugus fungsinya berada pada satu sisi yang sama dari rantai utama bernama keimanan.Lantas, jika monomer hati kecil itu telah terbentuk, maka biarlah dia berpolikondensasi[4] dengan gugus fungsi jihad dari monomer ketakwaan tanpa merubah komposisi stokiometri dari keimanan itu sendiri.Perlahan tapi pasti, monomer monomer itu bergabung dengan derajat pertubuhan[5] yang terus meningkat.Menghsilkan DPn (derajat polimerisasi)[6] dengan masa molekul yang juga ikut membesar karena ilmu, hidayah dan petunjuk yang Engkau anugrahkan. Ya Raab…Hamba tau, bahwa ujian dan juga kesulitan yang Engkau berikan kepada setiap hambaMu adalah bentuk lain dari katalis yang akan membuat DPn dari hati yang sedang berpolimerisasi itu menjadi kian besar.Maka jika Engkau berkenan, hamba bersimpuh dan memohon hanya kepada Engkau disisa-sisa umur hamba yang masih Engkau titipkan. Biarlah hati yang menjadi jiwa hamba yang langsung Engkau nilai isi dan kadar pertubuhannya, menjadi Hati yang memiliki diameter polimer lebih besar dibandingkan dengan diameter gel dari kromatografi permiasi gel[7] yang ada. Agar hati ini makin sulit berpenetrasi kedalam pori pori ingkar akan perintahMu, lalai dari seruan rasulMu dan acuh akan indahnya kalamMu.Ya Raab…Di sisa nafas yang belum terputus hamba berharap hanya kepadaMu. Agar hati yang telah berpolikondensasi itu terelusi lebih mudah dan cepat dengan eluen-eluen ketakwaan yang mengantarkan hamba menuju keridhaanMu. Karena hanya Engkaulah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, tempat hamba bergantung dan memohon pertolongan. A.n. Andriana.Polisenawati Tulisan ini berdasarkan apa yang sudah saya pelajari di matakuliah Polimer dan degradasinya dan diajarkan oleh ibu Prof. Cynthia Linaya Radiman. Terimakasih banyak bunda ilmuku J. Semoga bermanfaat. [1] Polimer isotaktik adalah polimer yang kesemua gugus R dari atom atom C kiralnya berada pada satu sisi yang sama terhadap bidang rantai utama sehingga lebih mudah membentuk fasa kristalin yang lebih kuat dibandingkan dengan polimer ataktik yang membentuk fasa amorf[2] Kristalin dan amorf adalah salah satu pengelompokan jenis polimer berdasarkan fasa yang dimilikinya. Fasa kristalin memiliki rantai polimer yang teratur dengan dihubungkan ikatan yang kuat (misal ikatan hidrogen) dan gaya intermolekular. Sementara fasa Amorf memiliki susunan rantai yang acak dikarenakan interaksi antar rantainya lemah. [3] Atom C kiral adalah atom C yang mengikat 4 atom atau gugus fungsi yang berbeda satu sama lain. [4] Reaksi polikondensasi adalah salah satu cara polimerisasi yang merupakan reaksi 2 gugus fungsi dari monomer tanpa mengubah komposisi stokiometriknya (semua atomnya terpakai pada reaksi polimerisasi, tidak ada senyawa yang hilang). Jenis polimerisasi ini juga bisa mengalami pertumbuhan rantai dengan mengubah komposisi stokiometriknya. [5] Derajat pertumbuhan diidentifikasi untuk mengukur seberapa jauh polimerisasi tersebut sudah berjalan. Hal ini merupakan perbandingan antara jumlah gugus fungsi yang sudah bereaksi terhadap gugus fungsi mula mula.[6] Derajat polimerisasi adalah jumlah unit ulang pada polimer. Jika derajat polimerisasi atau masa molekulnya membesar maka polimer menjadi makin sukar larut. [7] Kromatografi permiasi gel merupakan salah satu teknik pemisahan polimer dengan melewatkan molekul polimer pada kolom kolom berpori dengan ukuran tertentu. Prinsip kerjanya : pori gel dari kolom mengeluarkan zat yang masuk dengan cara elusi oleh eluen. Bentuk pori dari kolomnya berurutan dari diameter yang kecil ke besar sehingga fraksi polimer yang dihasilkan pertama kali dari teknik ini adalah fraksi yang lebih besar dibandingkan dengan fraksi setelahnya. Prinsip lain yang penting dari pemisahan ini adalah kondisi dimana diameter polimer lebih besar dibandingkan diameter gel yang ada. Dengan demikian, maka polimer akan lebih sulit berpenetrasi (terperangkap) dalam gel dan akan lebih mudah terelusi oleh eluen. Proses elusipun berjalan lebih mudah dan cepat.
Seorang sahabat memberiku sebuah puisi tentang “cinta”. Membaca tulisan itu, diri seperti bermandikan busa lembut yang putih dan wangi. Gelembung-gelembungnya mengikat raga dan mereka membawaku terbang entah kemana….ke suatu dimensi tak bersudut tak berujung, yang sepertinya aku pernah kesana, tapi aku lupa entah kapan. Aku mengerti “cinta” yang dimaksud. Tapi izinkan aku untuk selanjutnya meletakkan kata CINTA itu dalam dua tanda kutip biar maknanya tak bias, tak lepas, dan tak lebur dengan makna cinta yang lain. Karena “cinta” yang dimaksud sahabatku itu adalah “cinta” antara sepasang manusia, lelaki-perempuan, yang serupa dengan “cinta” nya Adam-Hawa. Bukan CINTA-CINTA yang lain. Ada seseorang yang menggolongkan seperti ini : CINTA terhadap diri sendiri, CINTA antar sesama manusia, CINTA antara suami dan istri, CINTA antara orang tua dan anak, CINTA antara kerabat, dan CINTA antara Tuhan dan makhluk. Itu belum lagi CINTA-CINTA yang lain, yang jumlahnya mungkin ribuan, atau jutaan, atau entah berapa. Dari dulu aku terus berpikir dan mencari tahu, apa sih makna CINTA itu sesungguhnya. Kenapa kok bisa bermacam-macam seperti itu, padahal kata-katanya sama. Yang membuatku makin berpikir, kenapa CINTA harus disempitkan hanya pada “rasa antara lelaki dan perempuan saja”. Ah….dasar manusia. Yang ku ingin, manusia mempunyai sebutan tertentu untuk masing-maisng CINTA itu. Sekali lagi supaya tak bias. Tapi karena sulit, dan keterbatasan kata manusia, sampai saat ini aku belum menemukan istilah untuk masing-masing CINTA itu.Makanya, biarlah CINTA antara sepasang manusia itu kuberi tanda kutip. Dan ternyata CINTA itu bermakna sangat dalam. Dan bahkan tak hanya milik dunia manusia saja. Karena kalau kita ngomong CINTA berarti kita ngomong sifat atau rasa YANG ITU. Rasa seperti yang mungkin pernah kita semua rasakan : tunduk-patuh-hormat seperti CINTA pada orang tua, sayang-menolong-setia seperti CINTA pada sahabat atau sesama, merawat-menjaga seperti CINTA pada badan dan barang yang kita miliki, ingin memiliki-mengasihi-selalu bersama sampai bersatu tubuh seperti CINTA pada lawan jenis, sampai beriman dan bertakwa karena CINTA pada Tuhan. Seperti itulah RASA itu. Yang namanya rasa, tentu sukar dikatakan.Karena sukar diartikan, manusia hanya bisa mendekatinya dengan sifat yang dilahirkan CINTA itu. Seperti tunduk, patuh, setia, ingin selalu bersama, dan sebagainya itu tadi…. Dan RASA seperti itu juga dimiliki kucing, anjing, kuda, bunga, segala makhluk hidup sampai atom sekalipun, bahkan sampai benda-benda angkasa. Karena itulah, kupikir CINTA itu banyak jenisnya. Jutaan. Seperti CINTA nya proton dan elektron, yang romantis dan selalu ikhlas, tunduk pada hukum Tuhan, si elektron berputar mengelilingi proton dengan tak kenal lelah, tak jauh beda dengan ketundukan planet-planet mengelilingi bintangnya. Mereka berpadu, bersama, saling setia membentuk harmoni kehidupan mulai dari yang terkecil sampai terbesar. Juga seekor sperma, yang belum lagi punya otak itu, harus berjuang keras berenang menuju sel telur, bersaing dengan jutaan sperma lain. Padahal dia belum pernah ke tempat itu, tapi dia tahu kemana harus menuju, dan siapa yang harus dia temui….. Pernahkah kita berpikir, apa yang menyebabkan sperma bisa tertarik pada sel telur ? Atau memang hal itu terjadi karena MEMANG SEHARUSNYA terjadi ? tanpa harus kita ketahui dan konyol untuk mencari tahu apa sebabnya ?Aku hanya bisa menyebut satu kata untuk hal itu : CINTA. Karena CINTA itulah, sperma berjuang mati-matian menjumpai sel telur. Karena KETUNDUKAN nya pada HUKUM di balik itu semua.HUKUM Tuhan yang digariskan atasnya. Juga HUKUM atas elektron, dimana ia harus terus berkelilling proton.Juga HUKUM atas bulan, dimana ia harus terus mengelilingi bumi.Juga HUKUM atas apel, dimana ia harus selalu jatuh ke bawah.Juga HUKUM atas udara, dimana ia harus selalu pergi ke tempat dengan tekanan lebih rendah.Juga HUKUM yang berlaku atas semua benda di semesta ini.Dan HUKUM itulah yang disebut TAKDIR. Dan KETUNDUKAN-KETUNDUKAN itu, kerelaan tiap benda untuk menjalani takkdirnya itu, adalah wujud CINTA terindah di dunia ini. Juga ketertarikan kita pada lawan jenis, karena kita memang diharuskan TUNDUK pada HUKUM Allah, bahwa tiap pasang manusia itu selalu diberi RASA untuk memiliki dan juga nafsu, agar manusia tetap lestari, terus beranak-pinak. TUNDUK pada hukum Allah, aku pikir, adalah tingkatan CINTA tertinggi, seputih dan semurni-murninya CINTA. Cinta yang paling ABADI. Yang tak tertandingi. Dan kita, juga lingkungan sekitar kita, selalu merasakannya tanpa tersadar. Dan “cinta”……CINTA dalan tanda kutip itu, juga salah satu wujud ketundukan kita pada Tuhan. “Cinta” memang indah……Tulisan sahabatku kemarin itu sudah lebih dari cukup untuk sekedar menggambarkan keindahannya. Memasuki dunia “cinta”, seperti terperangkap dalam ruangan luas yang harum, bertaman bunga-bunga emas, langit-langit berwarna biru yang bertaburan bunga-bunga…….ah! aku tak sanggup dan tak begitu pandai menggambarkannya……aku yakin, anda lebih tahu bagaimana suasana ruangan itu. Tapi kenapa kusebut RUANGAN ? Karena “cinta” masih berbatas bagi sepasang manuisa yang merasakannya, tetapi ABADI untuk sementara, bagi zaman sesudahnya.Batas itu, menurutku adalah MAUT. Sepasang manusia tak mungkin selamanya akan bersama, berbagi, saling mengerti, berkasih kasih, bersatu tubuh dan nafas.….Seperti yang sering diucapkan orang yang dimabuk asmara : aku men”cinta”imu sampai MATI. Mati itulah batasnya. Seperti “cinta” nya Adam-Hawa. Mereka berdua sudah mati. Tapi bagi ZAMAN SESUDAHNYA, “cinta” mereka tetap ABADI untuk sementara waktu…..Aku dan kamu, juga jutaan manusia lain, adalah buah dari “cinta” mereka. Darah yang mengalir dan tulang putih yang kuat mencengkeram daging dalam tubuhku dan tubuhmu, adalah wujud nyata “cinta” mereka berdua…..Kisah “cinta” mereka akan selalu abadi, meski mereka sudah tak ada lagi….ABADI untuk SEMENTARA…..karena kisah ini pun suatu saat PASTI berakhir, berbatas.Batas kisah “cinta” mereka adalah KEMATIAN BESAR nanti, kehancuran jagad seisinya. Saat dimana Sang Pemilik CINTA mengakhiri kehidupan, menarik CINTA yang dianugerahkanNya pada seisi dunia, untuk diganti dengan CINTA-Nya yang lain….. CINTA, termasuk “cinta”, memang anugerah terindah. Kisahnya tak akan pernah lapuk sampai akhir zaman. Cerita “cinta”, meskipun selalu dan selalu berulang dari masa ke masa dengan kisah yang sama, tak pernah manusia merasa bosan. Ribuan kata-kata manusia sepertinya tak akan pernah habis untuk menggambarkan dan menuliskannya. Kerap kali “cinta” membuat kita bersedih, menangis, tertawa, atau sekedar memejamkan mata merasakan kenikmatan sesaat….. [puisi]Cinta itu sepertiCinta itu seperti angin…Bebas, mengembara tanpa batas.Menuju satu arah tertentu saat berlaluKadang berhembus sejuk, kadang membabi buta.Karena cinta itu seperti angin.Maka rasakanlah saat dia menghampiri dan meniupmu dalam sesuatu bernama asmara. Cinta itu seperti laut. Dalam. Menyimpan banyak hal. Misterius dalam sebuah ketenangan. Karena itu kadang cinta sulit dirasakan. Sulit disadari. Sulit diakui. Karena cinta itu seperti laut. Jangan sampai kamu terhanyut…Cinta itu seperti siang Tak akan pernah abadi karena kehdiran malam Tapi lengkap saat rembulan datang bersama kerlipan bintang Karena cinta itu seperti siang, maka cinta itu adalah kamu…